Ternyata aku belum sekuat dan setabah Syahrini…ah lebay, maksudnya dalam menghadapi haters. Pernah punya pengalaman dengan salah satu media sosial (medsos) yang aku tidak perlu sebutkan mereknya. Awal bergabung dengan medsos ini aku batasi hanya punya 30 teman, jadi aman memakai medsos ini karena bersifat privacy. Ditunjang oleh niatan dalam hati untuk berpamer ria. Jadilah medsos ini pas menjadi album kenanganku sendiri mengenai makanan dan jalan-jalanku ke suatu tempat.
Tidak disangka salah satu dari 30 teman itu ada yang menyebarkan kebencian di halaman muka medsos. Antara kaget, bingung, sedih dan marah bercampur menjadi satu. Aku tidak mengerti mengapa dia sebegitu membenciku. Apa dia benci karena aku posting makanan dan tempat-tempat yang aku kunjungi? Daripada pusing, aku delete saja dia dari kontak. Males ah ngurusi. Masalah seharusnya selesai dong! Eeeeh…… dasarnya aku sensitif, aku malah kemudian merenung dan refleksi. Bisa jadi saat aku pamer tempat makan dan tempat asyik yang aku datangi, hal itu menimbulkan keirian dalam diri orang yang membaca. Ibarat mau berbagi kebahagiaan malah jadinya kedengkian. Mungkin saat orang masuk ke halaman muka medsos tersebut, dia sedang dalam kondisi tidak baik, bersedih, marah atau tidak sehat. Meskipun ini bukan urusanku sih, orang mau bahagia, sedih hepi marah kecewa, urusan masing-masing. Medsos ini adalah milik semua orang dengan semua pemikiran dan semua perasaan hatinya. Tidak ada ketentuan bahwa seseorang hanya diperbolehkan memposting sesuatu yang tidak membuat dengki. Sebenarnya aku berprinsip demikian. Hanya saja, prinsipku mulai goyah saat aku menyadari bahwa medsos yang ini bukan wadah yang tepat. Jadi kuputuskan aku men-disable accountku di medsos ini. Hehehe…
Aku berpikir okay sip, berarti aku mesti memilih suatu wadah untuk menyalurkan kenarcisanku atau rasa pamerku, pemikiranku, keluh kesahku, dan kenanganku kedalam suatu wadah yang pas. Blog inilah wadah yang pas. Ibarat kata, kalau orang tidak tertarik bertemu dan penasaran dengan ceritaku, kegiatanku, harapanku, impianku, ya janganlah datang ke rumahku. Kalau sudah siap mendengarkan cerita kehidupanku, apa yang kualami, suka duka konyol sedih marah, silahkan … datanglah … kunjungilah blogku. Satu hal penting adalah pembaca datang atas dasar sukarela lo… bukan karena aku ajak bahkan paksaan. 🙂
Setelah melalui pengalaman hidup beraneka ragam, aku menjadi belajar dan menetapkan tujuan setiap mengerjakan segala sesuatu. Demikian juga dalam ber-media sosial. Setiap memiliki akun (account) media sosial, aku menetapkan tujuannya masing-masing. Misalnya, twitter @mariasantim aku gunakan untuk memantau perkembangan berita (politik, sosial budaya, dan ekonomi) kadang aku suka curcol sedikit; Instagram @mariasantim berisi foto kenangan suatu tempat (meskipun masih sering lupa upload). Demikian juga blogku ini, aku buat untuk menyimpan memoriku. Seorang yang suka lupa dan susah mengingat hal detail. Semoga blogku bisa memberikan inspirasi dan berbagi kebahagiaan.
Selalu ada tuaian baik dalam setiap taburan baik. Amin.

Leave a comment