Kata orang mendengarkan musik dengan volume kencang bisa membantu menghibur kesepian. Iya aku lagi kesepian, bukan kesepian dalam arti sebenarnya. Biasanya membaca buku, nonton film dan media sosial bisa mengusir kesepianku ini. Tapi kali ini rasaku berbeda. Susah bagiku untuk duduk diam menatap sebuah layar atau kertas dan “bersemedi” seolah-olah sedang keluyuran kemana-mana.
Sepi dalam pikiran. Aku merindukan keramaian pikiran untuk bisa travelling kemana-mana. Sesuatu yang sangat aku rindukan di masa pandemi begini. Aku harus berkorban. Kata berkorban ini mengacu pada merelakan kesenanganku demi sebuah kesehatan.
Tahun 2020, aku menemukan proses naik sebuah gunung adalah pengganti keramaian travellingku. Sebuah perjalanan mendaki gunung adalah sebuah perjalanan ke suatu wilayah asing yang belum pernah aku datangi. Namun sebuah kejadian cedera kaki pada anggota keluarga membuatku mundur kembali, untuk merenung apakah sebuah angan ini merupakan impian atau ambisi. Impian adalah sesuatu yang aku masih bisa kendalikan. Sedangkan kalau ambisi aku cenderung ngotot meraihnya hanya untuk sebuah kemegahan diri. No! Aku ga mau ini menjadi ambisi. Step back!
Jadi pembacaku yang setia mengikuti perjalananku. Tulisan berseri ini untuk sementara akan berpindah ke topik lain dulu.
Send me up to that wonderful world
And then I’m up with the birds
(Coldplay – Up With the Birds)


Leave a comment