Weekend tiba dan seperti biasa aku menghabiskan waktu menonton serial film dari aplikasi berlangganan. Menonton film adalah salah satu cara membuatku tetap waras. Film yang aku tonton kali ini berjudul The Book Thief (2013) dan The Defeated (2020). Kedua film berlatar belakang kota di Jerman pada saat perang dunia kedua terjadi.
Berbicara masalah perang, sebuah topik muncul di pikiran untuk tulisan di blogku.
Tulisan ini untuk seorang sobat, teman sebangku sekolah menengah pertama (SMP) selama tiga tahun. (Kalau sekarang kelas 7,8, dan 9).
Namanya Lucia AEP. Dia adalah salah satu tentara perang. Dia berada langsung di garis depan medan perang. Pembaca, perang kali ini adalah melawan sebuah virus mematikan yang masih bermutasi, terkenal dengan nama Covid-19 (Coronavirus Disease 2019). Sobatku adalah seorang suster di salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta. Hazmat adalah baju perangnya. Dari pagi sampai sore maupun malam sampai pagi sesuai jadwal, dia harus memakai baju perang itu.
Hebatnya adalah dalam situasi perang dia tetap membuatku tersenyum. Seperti siang itu aku mengecek WA updatenya. Dia berfoto bersama para tentara.
Awalnya, aku bingung kamu yang mana? Semua tampak sama. Tapi namanya sobat, aku bisa yakin menunjukmu karena sinar matamu sama dengan sinar mata saat aku bertemu denganmu di bangku smp. Dulu kamu pemalu hihihi sekarang sudah berani mengekspresikan diri. Salut aku padamu.
Aku tersenyum. Geli karena kamu tetap menjadi orang yang lucu dan menggemaskan. Bahkan aku yakin di balik masker itu kamu tetap tersenyum.
Hazmat dan masker itu menutupi seluruh badanmu. Dari ujung kaki sampai ujung kepala semua tertutup … dalam suatu masa
Sebuah masa yang akan dikenang sebagai salah satu sejarah peradaban dunia.
Masa dimana kesedihan, kemarahan, dan penyesalan bersatu.
Masa di mana pertemuan dua tahun lalu ternyata adalah perjumpaan terakhir. Hidup adalah suatu masa.
Masa dimana SEHAT adalah tujuan utama saat ini.
Aku? Duduk diam bersembunyi di dalam bungker. Bertahan dalam keterasingan. Berusaha mematuhi aturan perang. Kalau ga sanggup jadi tentara, minimal jangan menyusahkan para tentara dengan Saving Private, Santi.
Untuk sahabatku, sang tentara perang, terima kasih sobat. Tulisan ini khusus aku publikasikan di Bulan September, bulan kelahiranmu.
Di relung hatiku, kupanjatkan doa untuk seluruh pasukan tentara dan para pemimpin perang. Kiranya Tuhan Yesus berkenan memberi kekuatan pada kita melewati masa ini dan boleh bertemu lagi. Amin.






Leave a comment