Ada Cerita di Lorong Itu

Written by

·

Aku menatap lorong itu saat teman sekolahku, Vani memposting lorong sekolah. Aku termenung. Masih sama dengan berpuluh tahun yang lalu, aku menuntun sepedaku memotong lorong ini. Di lorong itu pada salah satu ruangan, saat pelajaran Geografi Pak Bandrio, awal mula aku mengenal kata Greenwich. Berani mengimpikan? Jelaslah. La wong mimpi itu gratis kok. Terpenting aku punya keberanian untuk memimpikannya.

Kembali pada lorong itu. Aku berlari bersama ketiga temanku Lucia, Pipit dan Anna menuju ruang BP (ruang BK). Katanya aku dipanggil. Deg-deganlah. Ada salah apa ya? Zaman dulu ruang BP itu khusus buat anak-anak yang melanggar peraturan. Jadilah aku ke sana. Sampai sana, aku datang bertemu Pak Damiri, nama guru BPku. Trus beliau bilang ga panggil aku. Saat itulah salah satu temanku yang menemaniku bilang April Mop…. Aku dikerjain. Jelei tenan tiwas tak rewangi deg-degan njur tibo neng anda.

Lorong itu juga jadi saksi temenku putus cinta. Sambil menuntun sepedaku pulang memotong lorong, di salah satu bangku aku melihat teman sekelasku dengan muka serius berhadapan dengan cewek yang ternyata saat itu dia diputusin. Di lorong itu juga aku melihat salah satu teman sekelasku melobi Pak Untoro untuk menjadi DP (Dewan Penggalang) di pramuka. Suatu jabatan bergengsi di kala itu kalau bisa menjadi DP. Kalau istilah sekarang anak-anak populer. Aku?? Ga usah ditanya jelas bukan DP-lah. Aku ini anak kutu buku yang hobinya ke perpustakaan. Anak perpus ditambah ekstrakurikulerku adalah karawitan. Lengkaplah jauh dari kata populer. Aku seneng saja bisa ekskul karawitan. Duduk manis mukul saron 1(ji) 2(ro) 3(lu) 5(mo) 6(nem).

Kembali ke lorong yang aku ceritakan, saat duduk di bangku 2B, aku pernah dimarahi guru Bahasa Inggrisku karena dianggap menyeletuk saat pelajaran. Padahal bukan aku yang nyeletuk melainkan temanku. Yowes apes salah sasaran. Guru Bahasa Indonesia saat itu Bu Tuti menyuruh semua murid maju satu-persatu ke depan kelas. Aku ingat kalau sampai kami ga hapal, kami harus mengulang maju lagi. Kalau tidak salah ada 15 majas yang harus dihapalkan. Saat aku maju dan sudah sampai ke majas 14 masuk ke majas 15 aku lupa. Duh stres banget mikir apa ya majasnya. Temen sekelas kasih tau dengan kode dan benar. Majas Koreksio. Lega..aku ga perlu mengulang. Halo temenku yang kasih tahu, aku lupa siapa… aku ucapkan terima kasih. 

Lorong itu sebenarnya punya banyak cerita, sayang aku banyak lupa karena sudah berpuluh-puluh tahun berlalu. Tapi setiap melihat lorong itu aku tersenyum mengingat bagaimana ada anak remaja berani bermimpi mengejar terkabulnya sebuah doa ketika muncul pelangi.  

Leave a comment