Catatan #14 Alon-alon di Cisadon

Written by

·

Cisadon terletak di Karang Tengah, Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Dia adalah sebuah desa yang ada di balik perbukitan. Dia sudah modern karena tersedia listrik dan jalur menuju desa bisa dilalui dengan berbagai pilihan. 

Pertama, dengan mengendarai mobil. Tentu saja harus jago karena jalan berbatu hanya muat satu mobil dengan jalur mendaki dan berkelok tentu tidak sembarangan orang sanggup melaluinya. Kedua, dengan mengendarai sepeda motor. Sepeda motor pun terdapat dua pilihan, sepeda motor konvensional yang biasa kita jumpai di jalan dan sepeda motor trail (offroad). Ketiga, dengan bersepeda. Keempat, dengan berjalan kaki.

Kalau pembaca ingin mendaki ke Cisadon, jangan stop di tengah jalan ya. Begitu ketemu Pondok Pemburu, para pendaki yang pertama kali ke sini awalnya hanya mampir untuk istirahat, namun kebanyakan terlena untuk stop tidak jadi meneruskan perjalanan dan memilih stay. Aku maklum sih, pemandangannya memang indah. Pondok Pemburu adalah sebuah tempat makan di atas bukit yang datar, ada penginapan dan bisa berkemah juga di sana. Bagi pecinta kopi, mereka menyajikannya seperti kafe. Jadi harap maklum harganya menyesuaikan harga kopi di Jakarta. Yuk, jalan terus ya. Cisadon adalah dua kali jarak perjalanan dari basecamp ke Pondok Pemburu. 

Sepanjang pendakian, pembaca akan bertemu banyak tempat makan. Melangkah terus sampai bertemu trademark-nya Cisadon yaitu perjumpaan pembaca dengan empat angsa penghuni Cisadon. Pemandangan sebuah danau dengan tarian empat angsa kesana kemari. Anggun, gemulai, dan angkuh. Warung makan milik penduduk Cisadon sudah siap memberikan pilihan menu untuk pembaca. Jangan lupa membawa uang tunai karena area di situ masih susah sinyal. 

Cisadon adalah tempat berjumpa dengan alam sebuah desa yang dikelilingi bukit. Dia menawarkan sesuatu yang berbeda. Tidak perlu berlatih mendaki gunung lain untuk bisa sampai ke Cisadon. Jalur pendakiannya rata tidak ada pertemuan lutut kaki dan dada. Tidak memerlukan bantuan tali untuk menuju ke pos berikutnya. Dia hanya memerlukan niat dan sepatu olah raga dari pembaca. Berjalan saja terus dan fokus selama 3 jam. Berjalan sambil menikmati sejuknya udara Cisadon dan kucuran air terjun mungil di tepian jalur memberikan kesegeran. 

Tatkala kita sedang berjalan, tiba-tiba wusssh… pelari-pelari trail run mendahului adalah hal yang lumrah. Baru tenang sebentar… para pesepeda mendahului. Ngeng..ngeng suara berisik motor trail meminta tanda para pendaki untuk menepi karena mereka mau lewat. Dan terakhir… sebuah mobil meminta semua pengguna jalan setapak untuk menepi setepi-tepinya karena seluruh luas jalan akan dipenuhi mobil tersebut. Cisadon menuntut kesabaran bagi orang yang memilih berjalan kaki. Mempersilahkan mereka yang terburu-buru, yang menantang diri dengan denyut jantung berderap kencang, yang mau mengeraskan otot kakinya, yang mau berkemah di atas bukit tanpa bersusah payah menenteng carrier (tas gunung). 

Cisadon seperti replika kehidupan di sekitar kita. Ada banyak alternatif hidup yang bisa pembaca pilih untuk dijalani. Ingin mendapatkan semua hal dengan cepat-cepat silahkan, ingin pelan-pelan yang penting sampai di tujuan silahkan. Aku memilih berjalan kaki tujuannya melatih kesabaranku. Aku orang yang kemrungsung grusah grusuh, reaktif dan cenderung heboh. Ketika mendapat tugas dari Tuhan untuk menjalani kehidupan sebagai Ibu rumah tangga, sifat seperti itu sebaiknya diminimalisir. Cara yang aku tempuh adalah melatih diri dengan berjalan kaki di alam. Ternyata malah kebablasan dapat bonus suka naik gunung. Puji Tuhan emosiku mulai tertata, beberapa orang sudah memberikan testimoni kalau aku sabar hahaha…

Pembaca, izinkan aku berbagi pemikiran setelah menempuh ketiga kalinya pendakian ke Cisadon. Orang yang ikut-ikutan memilih berjalan kaki padahal kenyataannya ingin cepat-cepat sampai di Cisadon, ketika disalib pelari trail run, pesepeda, motor trail dan mobil 4wd tiba-tiba merasakan dalam hati, kok mereka curang? Ingin segera ke sana, ingin segera ke situ, padahal Tuhan menginginkan orang tersebut di sini. Pelan untuk mengerjakan apa yang ada di depannya. Kebingungan menentukan pilihan karena diombang-ambingkan pilihan orang lain yang dia lihat di media sosial. Kita tidak mengenali diri secara utuh (hati, pemikiran dan badan). Padahal benteng terkuat untuk menjalani kehidupan adalah kesadaran diri sendiri mengenali tugas dari Tuhan di dunia ini. Seseorang yang belum menyadari tugasnya cenderung memilih jalan yang kurang pas sehingga memunculkan sifat dendam dan iri hati. Ini asumsiku berdasar pengalaman pribadi ya (bikin disclamer dulu).

Perbedaan pilihan manusia dan kehendak (tugas dari) Tuhan itulah yang memicu sulitnya manusia untuk mensyukuri kehidupan.

Kenalilah tugas dari Tuhan supaya kita bisa memilih yang pas untuk menjalani kehidupan. Jalanilah pilihan itu dengan penuh semangat dan sukacita karena Tuhan melihat hati.

I can see the hope that’s in your eyes

I can see the magic in your life

But they don’t know

That it took you your whole life to rediscover

Try find your purpose before you leave

(Life Will Be – Cleo Sol)

Leave a comment