Ngemban Dhawuh 

Written by

·

Sejak kecil aku memang suka keluyuran. Naik sepeda memutari kampungku kadang malah kebablasan di kampung sebelah, sebelah dan sebelahnya lagi. Aku suka naik sepeda sambil membayangkan aku adalah seorang wartawan yang sedang mengejar berita, mencari narasumber yang kompeten serta menggali informasi. 

Aku juga suka memanjat pohon. Di atas pohon, dari ketinggian aku membayangkan, aku adalah seorang pramugari yang terbang dari satu kota ke kota lainnya dengan baju yang elegan dan setiap berjalan menjadi pusat perhatian. Semua mata memandang ke arahku, iri karena aku bisa terbang ke mana saja, gratis! 

Aku suka mengobrol, bertemu dengan banyak orang dan bercerita. Aku suka mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya. Dari obrolan tersebut, aku menjadikannya gudang memori dimana saat aku bertemu orang lain, aku memanggilnya keluar sebagai bahan pembicaraan kami. Itulah aku, mudah berkenalan dengan orang baru karena aku ingin menjadi diplomat. Bernegosiasi dengan orang lain demi perdamaian dunia. 

Saat aku duduk di bangku sekolah dasar dan menengah, ketiga profesi tersebut adalah cita-citaku yaitu wartawan, pramugari dan diplomat. Faktanya ga ada yang tercapai. Hahaha….

Bahasa Inggrisku jauh dari kata cukup. Malah masuk kategori C dari skala nilai A, B, C. Pernah saat di bangku kuliah, aku berdoa Tuhan tolonglah semoga aku dapat C di mata kuliah Bahasa Inggris supaya bisa lulus tepat waktu. Saat teman-teman pada pamer skor TOEFL di atas 500, bagiku bisa meraih skor 400 adalah sebuah achievement!

Mengenai penampilan fisik, masih jauh dari batas minimum persyaratan pramugari. Bukannya minder, tapi aku sadar, aku tidak tinggi, kurang cantik dan kemampuan intelektual juga standar. 

Trus kalau ada kerusuhan atau orang tawuran, aku malah lari terbirit-birit, perut mual mau m*nt*h dan kepala pusing. Lupakan saja menjadi seorang wartawan dimana tugas mencari berita dia harus siap dalam segala kondisi dan situasi demo, begadang di kantor polisi, sigap saat kerusuhan terjadi dan siap ditugaskan kemana saja sampai pelosok negeri. Tuhan Maha Mengetahui, aku tidak sanggup. 

Sekarang aku berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ibu Rumah Tangga yang profesional. Iya profesional karena bisa membagi waktu urusan domestik dan menonton drama korea. 

Aku teringat dalam youtube Beginu dengan tamunya Kardinal Ignatius Suharyo. Aku menemukan arti bahwa hidupku adalah Ngemban dhawuh (melaksanakan perintah). Untuk sampai penerimaan bahwa saat ini perintah Tuhan adalah menjadi Ibu Rumah Tangga, aku melalui beragam proses yang dikemukakan oleh Kardinal Ignatius Suharyo. Mulai dari Necep Sabdo yaitu merasakan sabda Tuhan melalui kejadian-kejadian di sekitar kita. Tuhan berbicara melalui orang-orang sekitar yang kutemui. Untuk bisa memastikan apakah rasa ini benar merupakan rasa yang berasal dari Tuhan, aku meneguhkannya melalui Neges Karso (menegaskan rohku) menguatkan batinku bahwa ini memang kehendak Tuhan. Prosesnya sudah aku ceritakan dalam tulisanku 

Aku minta tuntunan Tuhan dalam Ngemban Dhawuh supaya badan, pikiran dan rohku sejalan dengan kehendakNya. 

One response to “Ngemban Dhawuh ”

Leave a comment