Aku Baruku

Written by

·

Bali 1803 Aku

Suatu hari suami menanyakan perubahan perilaku pada diriku yang lebih banyak menyendiri dan lebih senang menghabiskan waktu di rumah. Perubahan ini kurasakan semenjak mengurangi eksis di Facebook bahkan lebih suka sebagai penonton daripada yang ditonton. Kenapa ya? Aku berpikir. Akhirnya aku menemukan alasannya. Aku sudah selesai dengan diriku sendiri. Masa laluku penuh dengan sesuatu yang show off dan pengen pamer, semua yang terjadi dalam diriku, aku ingin seluruh dunia mengetahuinya. Aku pernah mengacungkan jari untuk membaca puisi, menari, menyanyi di depan banyak orang, menjadi dirigen paduan suara, menjadi solis di gereja, lektor, bahkan MC. Kalau mengingatnya, aku malu sendiri.

Kok iso pede banget koyo ra duwe isin.

Dulu itulah hidup yang aku jalani. Sekarang sudah selesai. 

Aku adalah penonton yang baik. Aku hanya ingin menonton. Terserah orang mau bilang aku sudah berubah dari orang narcis menjadi pasif. Suami bilang, “Jika itu bukan kamu, itu tidak akan bertahan lama. Suatu saat kamu pasti ingin tampil kembali, tinggal tunggu saja mana yang lebih kuat?”

Aku mengerti. Suami konsen hal itu karena dia khawatir aku tidak  bahagia dengan perubahan diriku ini. Namun bukankah Tuhan memberikan kehendak bebas pada manusia pada saat Beliau membentuk kita dari debu tanah? Jadi aku sadar sesadar-sadarnya bahwa perubahanku tetap menjadikan pribadiku yang ceria penuh sukacita dengan sudut pandang yang berbeda. Aku siap hal ini akan berdampak tidak banyak orang mengenalku. Tidak banyak orang sadar akan kehadiranku. Tidak banyak orang mengingat apa yang aku lakukan. Aku siap dengan itu semua. 

Jika pembaca kangen dengan diriku, aku masih hadir di blogku. Sebuah rumah yang bisa diakses siapa saja yang memang mau mengenal diriku lebih dekat.

Bali 1803 Novotel

Leave a comment