24 Jam di Bandung

Written by

·

Perhatian buat yang mau membaca pastikan dulu siap mental karena ada sesuatu yang haram di sini 😛

Perjalanan kali ini ke Bandung serba mendadak. Suami ada keperluan di hari Sabtu di Bandung dan keesokan harinya mesti kembali ke Tangerang Selatan karena ada reuni. Maka perjalanan dadakan ini dimulai dari jam 5 pagi waktu Tangerang Selatan di hari Sabtu yang cerah. Perjalanan melewati macetnya tol Cikampek bisa teramankan berkat bantuan google map. Jadi, begitu ketemu pintu keluar Tol Bekasi Timur, kami langsung keluar dan melalui Jalan Kalimalang, terus sampai Tambun dan menyeberang di atas Tol Cikampek ke sisi satunya. Perjalanan dilanjutkan dengan melewati kantor-kantor Jababeka dan Perumahan Lippo Cikarang. Sampai akhirnya kami masuk kembali ke dalam Tol Cikampek melalui Pintu Tol Kota Deltamas. Sekitar pukul 8 lebih 30 menit sampailah kami di Tol Pasteur dan kami langsung naik ke tujuan pertama kami di Taman Wisata Alam (TWA) Tangkuban Perahu.

IMG_3681Aku masih mengingat dalam benakku meskipun 20 tahun yang lalu aku mengunjungi TWA Tangkuban Perahu. Jadi saat kembali lagi ke sini dengan suami dan anak, TWA ini sudah berubah. Ada bangunan untuk beristirahat di ujung kanan dari lokasi parkir. Hamparan kawah terpampang jelas di depan mata, tanpa seberkas kabut yang menutupi. Saat itu suhu berkisar 21ºC menjadikan hawa sejuk dan desiran angin dingin membantuku lupa bahwa aku ada di bumi. Hahaha lebaaay…… TWA ini memang indah, dari tempat parkir, pembaca bisa naik dari sisi kiri melalui tangga batu yang dibuat cukup landai. Sesudah sampai di atas, pemandangan terhampar di depan mata malah mengingatkanku pada Kuil Kiyomizudera di Kyoto. Sebuah bangunan tinggi yang beratapkan awan dan berselimut pohon dengan dedaunan rindang. Ada satu hal menarik di TWA ini yang harus dicontoh oleh tempat wisata lain di Indonesia. Seperti laiknya tempat wisata, ada banyak penjual topi, gelang, tukang foto keliling yang menawarkan dagangan mereka. Suatu kali kami bertiga mau berfoto selfie. Pak penjual gelang menawarkan bantuannya memoto kami. Berhubung fotonya bagus dan jelas, aku hendak memberikan tips kepada Pak Penjual tersebut, namun dia menolaknya. Katanya sudah menjadi kewajiban mereka untuk menolong wisatawan tanpa meminta pungutan biaya. Kaget bercampur kikuk aku dibuatnya. Seandainya saat itu bisa langsung cepat berpikir jernih, tentu aku bisa memberikan rasa terima kasihku dengan membeli gelangnya. Aku doakan Pak Penjual Gelang semoga dagangannya laris. Amin. Setelah puas berkeliling dan makan jajanan petol gila seharga 10 ribu rupiah, perjalanan kami lanjutkan menuju kota Bandung.

IMG_3641

Begitu turun ke kota Bandung, kami langsung menuju Hotel Aston di daerah Braga. Kenapa memilih hotel ini? Alasannya simple, kami hanya memiliki waktu 24 jam di Bandung dan sudah terpotong untuk berwisata di TWA Tangkuban Perahu, jadi menikmati kota Bandung mesti langsung ke pusatnya. Kami merekomendasikan hotel ini karena selain lokasinya yang tepat di tengah kota dan mudah mendapatkan transportasi online, baik motor atau mobil, kemudahan mendapatkan makanan. Setelah urusan suami selesai dan kami beristirahat melepas penat, kami langsung bergegas mencari makan di daerah Jalan Sudirman, tepatnya di Gang Sempit. Ini nama rumah makannya ya, Rumah Makan Gang Sempit, bukan letaknya di Gang Sempit hahaha….. Tempat makan ini aku rekomendasikan ke pembaca karena porsinya yang banyak, bumbunya terasa dan bertabur babi hahaha…maafkan menu haram. Jadi saat makan cukup pesan 2 atau 3 menu ditambah nasi sejumlah orang yang makan. Kenyang dan puas.

IMG_3718

Selesai makan di Gang Sempit, waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Perjalanan menjelajah ke pusat wisata kuliner makanan haram dilanjutkan ke Sudirman Street Night Market, tepatnya di jalan tembus Jalan Sudirman menuju Jalan Cibadak. Jangan salah di Jalan Cibadak penuh dengan makanan juga. Ada berbagai macam nasi campur dan sate babi yang bisa dicoba, misalnya Sate Wibisana. Pastikan perut dalam kondisi kosong supaya bisa menikmati dengan puas. Untuk menghilangkan rasa amis di mulut ada juga penjual aneka jus buah. Selesai menyeruput jus buah, aku melanjutkan jalan kaki ke arah Jalan Otto Iskandar Dinata, kemudian belok kiri menuju Jalan Asia Afrika.

83ad25fd-4fed-461b-b5ac-49be1433215aDi Jalan Asia Afrika keramaian semakin mencapai puncak. Orang tidak lagi makan namun juga berfoto di depan bangunan-bangunan bersejarah lengkap dengan lampunya warna warni. Bandung memang indah di malam itu, suhu berkisar 24ºC dan cuaca tidak hujan. Sampai di depan Bank Mandiri, anakku sudah minta pulang, mungkin karena ngantuk, jadi perjalanan kami belok ke Jalan Cikapundung Barat. Wow… disini surga makanan halal. Aneka makanan kaki lima tumpah ruah di sepanjang jalan ini. Berhubung Malam Minggu, suasana sangat ramai dan jalanan terasa penuh sesak. Ada sate cumi yang dibakar dan dibumbui saos manis di salah satu kaki lima yang sangat ramai. Antrian panjang tampak di warung tersebut. Sambil menikmati sate cumi seharga 35 ribu rupiah, perjalanan menuju hotel kami lanjutkan. Di ujung jalan Cikapundung Barat belok kanan ke arah Jalan Naripan dan akhirnya sampailah ke Jalan Braga tempat kami menginap.

 

 

Hari itu kami tutup dengan beristirahat di hotel sampai keesokan harinya pukul 8 pagi kami kembali pulang ke Tangerang Selatan sambil membawa kemegahan Gunung Tangkuban Perahu yang terlukis indah di jendela kamar hotel kami.

IMG_3732

Leave a comment