
Selamat Pagi Pembaca.
Pagi ini sudah dihadapkan tiga pilihan yaitu berolah raga, membereskan domestik (sapu pel beresin rumah) atau duduk manis membuat tulisan. Selama ini kalau aku milih urusan domestik dulu, biasanya raga sudah terkuras karena membereskan rumah itu merupakan pergerakan yang tidak tampak padahal menguras tenaga. Semua ibu rumah tangga setuju denganku. Kalau olah raga dulu, raga menjadi segar tapi kadang ide-ide penulisan hilang karena ketutup kesegaran dan rasa lapar yang melanda alias fokus bergeser. Aku jadi mikir apakah para penulis juga mengalami dilema seperti aku ya? Ide datang mendadak padahal kondisi rumah masih berantakan.
Kilas curhat pagi-pagi. Kita lanjut ke materi tulisan kali ini merawat atma. Apa itu atma? Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, atma adalah jiwa. Manusia kadang lupa munculnya stres atau pikiran berat karena timbangannya berat sebelah. Lebih berat merawat raga. Suka lupa bahwa timbangan atma dan raga harus seimbang. Atma juga perlu kita rawat. Salah satu cara adalah melakukan aktivitas yang menjadi kesukaan.
Kesukaanku kali ini adalah sebuah ruang untuk menyentuh alam serta membersihkan mata dan pikiran. Tempat paling pas adalah mendaki gunung. Sayang, rutinitas kembali padat setelah absen selama dua tahun empat bulan tidak menyisakan banyak waktu untuk mencari ruang. Maka pikiran mulai berpencar mencari ruang terdekat merawat atma dengan satu klausul penting wilayah Jabodetabek. Maka mendaki gunung kita sisihkan dulu dan berkemah adalah pilihan terbaik.

Pendakian terakhir di Savana Propok (masuk dalam wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani), kami memakai jasa porter saat mendaki gunung. Jadi proses mendirikan tenda dan masak-memasak, kami terima bersih dari porter. Sekarang adalah tugas kami belajar cara mendirikan tenda yang kuat. Berhubung dunia per-tenda-an adalah hal baru maka aku punya ide sebaiknya berkemah di dekat mobil. Misalnya tenda ambruk langsung bisa ngungsi di mobil. Ga sih, kami ga separah itu. FYI, aku mantan pramuka lo hahaha…
Ngublek cari tahu melalui internet area Jabodetabek untuk melakukan campervan, aku menemukan tempat berkemah untuk pemula di Gunung Pancar. Pembaca jangan terkecoh dengan tulisan Gunung Pancar, bukan berarti harus mendaki dulu baru berkemah. Gunung Pancar adalah sebuah kawasan taman wisata alam yang dikelola oleh swasta (PT Wana Wisata Indah). Kalau mau melakukan pendakian juga bisa. Namun yang aku ceritakan kali ini adalah fokus di tempat berkemah dimana antara tenda dan mobil hanya berjarak kurang lebih lima meter.
Taman Wisata Alam Gunung Pancar (TWAGP)
Perjalanan dari Tangerang Selatan menuju kawasan Gunung Pancar (GP) memakan waktu satu jam tiga puluh menit dalam kondisi tidak macet. Jalanan menuju ke GP relatif bagus hanya saat memasuki arena perkemahan jalanan mulai penuh bebatuan. Mudah dijangkau dengan mengikuti Google Maps. TWAGP ini memiliki beberapa area perkemahan yaitu Bukit Batu Hijau, Bukit Batu Gede, Bukit Batu Pandan, Bukit Batu Gajah, dan Lembah Hijau. Dua area yang aku pernah berkemah adalah Bukit Batu Hijau dan Bukit Batu Pandan. Sayangnya kita tidak bisa memilih karena pihak TWAGP yang menentukan di area mana kita berkemah. Biasanya selalu di Bukit Batu Hijau, kecuali jika ada acara kantor dan satu area di-book baru kita bergeser ke area lainnya.
Prosesnya begini, saat pembaca melewati pintu gerbang, pembaca sebutkan nama (kalau sudah reservasi, kalau belum tidak masalah karena bisa on the spot) kemudian diarahkan ke kantor untuk menyelesaikan pembayaran serta administrasi. Biaya berkemah satu orang dikenakan seratus ribu rupiah. Setelah itu pembaca akan diantar oleh pegawai TWAGP yang disebut ranger untuk diantar ke area camp yang tersedia. Pak Ranger bisa menolong kita mendirikan tenda. Di sinilah aku belajar mendirikan tenda yang benar dan kuat. Setiap area kemah memiliki kamar mandi. Bicara area kamar mandi, aku merasa paling nyaman di area Bukit Batu Hijau karena ada kran air di luar kamar mandi yang bisa digunakan untuk mencuci peralatan masak dan mengambil air untuk ember tanpa masuk ke kamar mandi.
Sebagai informasi, mereka menyediakan kayu bakar seharga lima puluh ribu rupiah yang bisa dibeli melalui Pak Ranger. Jika pembaca tidak membawa peralatan kemah, pembaca bisa menyewa tenda-tenda yang sudah disediakan di sana. Harga sewa satu tenda yang bisa ditempati tiga sampai empat orang adalah dua ratus lima puluh ribu rupiah (Rp250,000).
Alat Kemah
Kembali pada keputusan kami untuk melakukan aktivitas berkemah. Hal pertama adalah membuat perencanaan dana (budget) untuk pembelian alat kemah. Ternyata alat-alat kemah itu variasinya sangat banyak. Dari harga termurah sampai yang mahalnya ga kira-kira. Pembaca bisa membeli sesuai anggaran yang tersedia.
Penting untuk fokus pada tujuan sebelum membeli alat kemah. Berkemah adalah hobi sementara atau investasi sampai selama-lamanya. Suka berkemah karena ikut-ikutan atau memang bagian dari kesukaan tanpa akhir? Jawaban ini menentukan langkah pembelian alat. Kalau hanya ikut tren sebaiknya tidak perlu membeli alat karena semua peralatan kemah bisa disewa. Jadi ketika tren berkemah sudah lewat dan pembaca memang tidak hobi, maka peralatan tersebut tidak akan memenuhi rumah. Sebaliknya kalau menjadi investasi, maka pembaca lanjut ke paragraf di bawah.
Menurutku empat alat di bawah ini penting membeli barang aslinya. Sisihkan tabungan untuk membeli alat-alat di bawah ini.




- Tenda
Varian tenda bermacam-macam bentuk. Pembaca tinggal menyesuaikan dengan selera. Merek yang aku rekomendasikan Eiger, Naturhike dan Quechua. Aku membeli tenda Eiger Stover 4P. Tenda ini memiliki dua pintu yaitu satu pintu tenda tertutup yang satu pintu supaya hewan seperti nyamuk dan semut tidak masuk ditambah dua resleting jadi bisa dibuka dari dalam dan dari luar. Warnanya juga Eye catching (mudah ditemukan di tengah kerumunan).
2. Tutup tenda atau FlySheet.
Mengapa tutup tenda penting? Supaya ketika hujan tenda tetap bersih, awet dan pembaca bisa masak-masak di luar tenda sambil menatap rintik hujan.
3. Lampu.
Ada beberapa pilihan merek mulai Eiger, Mobi Garden, Naturhike dan Sunrei. Kenapa lampu harus beli yang asli dan bagus? Supaya pembaca mendapat penerangan maksimal selama berkemah ditambah lampu yang bagus memiliki daya tahan lebih dari 8 jam. Aku memilih lampu Sunrei V1000.
4. Alat Masak
Aku memilih Firemaple untuk peralatan masak karena simpel, ringan sehingga mudah dibawa kemana-mana. Ada juga merek Mobi Garden yang juga bagus dan simpel sayang harganya lebih mahal.
Selain keempat alat wajib di atas, pembaca bisa menyicil alas tidur yang terdiri dari matras foil dan matras lipat/matras gulung. Kemudian terpal untuk alas tenda supaya tenda tetap terjaga bersih, kompor portabel, kursi lipat, meja lipat, kotak penyimpanan dari plastik. Saranku carilah kotak yang tidak terlalu besar supaya ketika bertambah usia, pembaca masih bisa mengangkatnya. Terakhir adalah kabel listrik. Tempat berkemah yang model campervan biasanya menyediakan aliran listrik untuk kita pakai karena termasuk dalam fasilitas. Namun terkadang titik tempat mendirikan tenda dengan colokan listrik yang disediakan tidak bertemu. Maka inilah pentingnya membawa kabel listrik sendiri. Pilih yang merek bagus dan aman supaya saat terkena hujan tidak konslet.
Pembaca silahkan menemukan aktivitas yang bisa merawat atma. Karena atma sangat penting dalam kehidupan. Rapuhnya atma bisa menggoncang raga yang sebenarnya sehat dan baik-baik saja. Seperti tanaman, atma perlu diberi pupuk. Saat atma terawat dengan baik, pikiran yang keluar jernih dan positif. Maka ketika raga membutuhkan, atma siap sedia menopang.




Leave a comment