Catatan #10 Khayalan Highlands di Papandayan

Written by

·

Ketiadaan, dengarkan protesku

Atas nama kekuatanmu ,

Jarak dan waktu,

Bantu aku mengubah segalanya,

Untuk hati sekuat baja,

Ada ketiadaan, dan waktu hanya menunggu

(Present in Absence – John Donne)

Cobalah membaca puisi di atas berulang-ulang. Kesedihan dan harapan. Aku menemukan puisi ini ketika menonton serial Netflix berjudul Outlander. Dalam serial itu dipertontonkan kegigihan para highlander mempertahankan wilayahnya. Kondisi bentang alam dan budaya yang mengakar dalam diri menjadikan mereka kuat dalam mempertahankan tradisi. Saran dariku saat membaca tulisan ini dengarkan lagu Highland Catedral (The Royal Scots Dragoon Guard) hehe…

Bicara mengenai para highlander, pembaca bisa berkhayal menjadi mereka dengan mendaki Gunung Papandayan. Tapi di bagian kawahnya ya, jangan langsung naik ke atas menuju Hutan Mati, pemandangan Highlands tidak bisa dicapai. Supaya tidak tersesat, aku sarankan memakai jasa pemandu. Kelana kali ini kami dipandu oleh Kang Dede. 

Percayalah padaku lelahnya terbayar lunas dengan pemandangan Highlands terbentang di depan mata. Ga heran sih, kalau Papandayan adalah gunung tercantik di Jawa Barat. Dia adalah paket lengkap. Terdapat empat kelana yang bisa pembaca pilih yaitu, bagian kawah, Hutan Mati, Taman Edelweis dan Ghoberhoet. 

Supaya sesuai dengan judul tulisan ini, aku lebih fokus bercerita di bagian kawah ya. Ada tiga catatan mengenai peralatan yang sebaiknya dipersiapkan pembaca sebelum memulai pendakian ini. Catatan pertama adalah sepatu mendaki gunung. Jangan coba-coba memakai sepatu biasa saat mendaki ke kawah Gunung Papandayan. Jalur trek adalah dominasi batu. Belum lagi saat memasuki area kawah yang ada uap panasnya, kaki kita terlindung dengan baik kalau memakai sepatu gunung. Catatan kedua adalah kacamata hitam dan sunblock. Namanya pendakian terbuka (tidak ada pohon yang memayungi) maka sepanjang lebih kurang 3 jam wajah kita terpapar sinar matahari langsung. Catatan ketiga membawa trekking pole dan air mineral.

Kenapa aku bicara highlander saat menulis tentang Gunung Papandayan? Aku merasakan suasana Highlands di sini. Pendakian yang kami lakukan pada bulan April 2023 relatif sepi pendaki. Berbeda sekali dengan pendakian di Gunung Prau yang bertemu banyak pendaki. Suara alam lebih mendominasi pendengaran kami. Selebihnya sunyi. Belum lagi sepanjang mata memandang bentangan batu tertata rapi dan alam yang indah menyegarkan mata. Sungguh ajaib anugerahMu, TuhanYesus. 

Awal pendakian menuju kawah melalui trek bertuliskan Curug Leuntik. Dari sini pembaca akan diajak menyusuri jalur trekking berbatuan dan tidak lupa bolak-balik menyeberang aliran sungai kecil yang berwarna putih, bening, dan coklat. Inilah keuntungan memakai sepatu gunung, kaki kita akan tetap kering. Pembaca akan melihat langsung bagaimana air mendidih keluar dari dalam cekungan, uap belerang yang mengepul dari kawah. Bahkan kemunculan danau baru yang terbentuk setelah letusan dua puluh tahun lalu. Begitu mendongak ke sekitar, tebing tinggi dari batu yang diiris seperti irisan kue setinggi 10 meter menjulang. Sejauh mata memandang landscape kota Garut dikejauhan terhampar malu-malu berselimutkan kabut. Suhu udara yang berkisar 20 derajat celsius membuat pendakian ini terasa nyaman. Aku duduk di atas batu sambil membayangkan berhasil menduduki Arthur Seat (kursi Raja Arthur). Saking lebay-nya, aku juga membayangkan sedang berada di planet Mars. Sebuah dataran penuh batu kecil-kecil dimana kalau kita ambil sudut kamera dari bawah, pembaca seolah sedang berada di Mars. Kok bisa? Landscapenya mirip film The Martian ketika Mark Watney (diperankan apik oleh Matt Damon) terdampar di Planet Mars. Meski butuh edit dikit ya tambahin vivid warm 🙂 biar keluar warna merahnya. Jujur aslinya lebih bagus dari fotoku. Wah ga fokus nih cerita mengenai Highlands malah ngelantur ke Planet Mars. 

Pembaca, izinkan aku menyarankan sekali seumur hidup. Pergilah ke Gunung Papandayan dan nikmatilah. Aku berani mengusulkan meskipun pembaca bukan pendaki gunung. Berkelana di Papandayan tidak sesulit pendakian gunung lain. Untuk menambah percaya diri, sebaiknya persiapkan diri untuk jalan kaki minimal 15 menit setiap hari untuk melatih otot kaki. Syukur-syukur bisa 30 menit selama satu bulan sebelum hari H. Pendakian ini bukan tipikal pendakian ngos-ngosan ya. Pelan-pelan saja pasti sampai. Banyak bonus trek yang datar. Kalau memikirkan masalah kamar mandi, tidak perlu khawatir karena ada kamar kecil dan air yang berlimpah. Bahkan ada warung di atas yang menyediakan kopi, teh panas, aneka gorengan, cilok anget, mie goreng dan rebus bahkan camilan anak-anak pun ada. Gunung ini memang sahabat buat semua. Selamat mendaki dan jadilah highlander. 

Papandayan telah menjadi ingatan 

Ingatan tentang Highlands untuk pembaca.

Leave a comment