Setiap kehidupan manusia memiliki narasi sendiri. Siapa yang tahu kalau hidupmu bakal begini bakal begitu? Dalam imanku hanya Tuhan Yesus yang mengetahui rancangan dalam kehidupanku. Aku diharapkan bertekun, patuh dan setia sampai pada akhir hidup. Aku memilih kata di-harap-kan bukan diwajibkan karena Tuhan memberikan kehendak bebas pada manusia untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan keinginannya. Tuhan tidak membelenggu manusia. Mereka bebas mengekspresikan diri. Itulah kenapa dalam kehidupan, ada manusia yang memilih memaafkan, ada yang memilih menyimpan dendam, ada yang memilih bersukacita dan ada yang memilih larut dalam kesedihan.
Aku memilih bercerita dalam sukacitaku.

Pada awalnya, aku memutuskan untuk mengakhiri mimpiku sebagai anak semua bangsa sekitar 7 tahun yang lalu. Namun, Desember 2024, kami diberi kesempatan Tuhan mengunjungi negara ini lagi untuk menyelesaikan hutang pada anak. Awalnya begini, pada saat dia bersekolah di tingkat dasar, kami berjanji mengajaknya ke Singapura kalau terpilih best character. Sebagai gambaran, setiap bulan ada pemilihan siswa best character di sekolahnya. Foto siswa tersebut dipajang pada dinding di samping pintu masuk kelas selama satu bulan. Tentu sebuah kebanggaan tersendiri bagi anak dan orang tua kalau anaknya terpilih. Puji Tuhan pada suatu bulan, anakku terpilih.
Dulu, tiket pesawat ke Singapura adalah Rp750.000 pulang pergi. Nilai dolar Singapura seingatku masih di bawah Rp10.000. Namun perubahan roda kehidupan terjadi di luar ekspektasi. Dolar Singapura dan harga tiket pesawat pun mengalami kenaikan. Kami harus menunda hadiah tersebut sampai batas waktu yang tidak diketahui.
Ternyata 7 tahun adalah waktu yang dipilih Tuhan bagi keluarga kami kembali mengunjungi Singapura. Waktunya tepat karena anak kami sudah menginjak usia remaja. Berhubung kedatangan kali ini adalah hadiah untuk anak yang tertunda maka kami mempersilakan dia membuat itinerary selama di Singapura. Hasilnya dia hanya memberikan tiga tempat untuk dikunjungi yaitu Jewel, Gardens By The Bay dan Pulau Sentosa. Aku izin padanya menambahkan dua tempat lagi yaitu Science Centre dan Museum Nasional Singapura.
Begitu mendarat di Bandara Changi, kami langsung mengantri pada lajur bis yang akan membawa ke Terminal 1 tempat lokasi Jewel. Pastikan koper yang dibawa jangan terlalu besar ya. Jika terlalu besar menurutku bakal repot saat naik turun kendaraan umum. Catatan bagi simbok, harus menyetting pikiran. Kebiasaan bikin itinerary: 2 jam disini ya kemudian 1 jam perjalanan menuju spot selanjutnya. Sampai di spot selanjutnya acara bebas 2 jam ya bla bla bla… kunci rapat dalam tas. Berkelana kali ini, waktu ditentukan oleh anak.

Jewel, Imajinasi Sebuah Negeri Dongeng
Jewel adalah air terjun setinggi 40 meter yang berada di dalam bandara Changi. Letaknya tepat dalam sebuah mall yang terkoneksi dengan terminal bandara. Jadi selama menunggu jam keberangkatan pesawat, pembaca bisa keliling mall sambil memandang keindahan Jewel. Airnya mengucur deras masuk dalam sebuah cawan raksasa yang seolah menampung air tersebut. Aku berimajinasi cawan Jewel ini menyerupai portal masuk ruang waktu. Kami naik sampai ke lantai atas dan makin kagum dengan banyaknya pepohonan hidup yang tumbuh subur mengelilingi air terjun. Pembaca, jangan lupa meluangkan waktu untuk menaiki kereta yang lewat tepat di samping air terjun supaya bisa berimajinasi selama 30 detik berada di negeri dongeng, Avatar.



Mengamati Pulau Sentosa
Jadwal untuk hari berikutnya adalah Pulau Sentosa dan Gardens By The Bay. Kami menyarankan pembaca untuk pergi ke Pulau Sentosa dulu di pagi hari kemudian baru ke Gardens By The Bay (Gbtb) di sore hari supaya bisa menikmati pertunjukan supertree di malam hari. Ketika itinerary dipegang anak remaja, aku semakin mengenalnya. Kami mengikuti dia naik gondola dari ujung sampai ujung (bolak-balik). Aturan adalah selama pengunjung tidak keluar dari gondola, dia diizinkan naik sepuasnya. Untungnya sepi kalau ramai sudah terbayang kami bakal dipelototin antrian pengunjung karena tidak keluar gondola. Setelah puas, kami menaiki kereta mobil gratis untuk wisatawan mengelilingi Pulau Sentosa.
Yungalah…mau wes muter-muter neng dhuwur saiki muter meneh neng ngisor. Aku menawari naik Skyline Luge untuk kenangan. Tapi pada ga mau karena cuaca hari itu memang panas sekali, jadi pada mager dalam kereta mobil.


Selepas mengamati Pulau Sentosa dari atas dan bawah, kami menyeberang kembali untuk menuju Gbtb. Ketika sampai di mall Vivo City (sebuah mall tempat penyeberangan ke Pulau Sentosa), suami mengusulkan mampir ke kedai kopi Tim Hortons. Kami duduk minum kopi sambil menatap lalu lalang truk dan mobil yang berseliweran di seberang. Tuhan sungguh amat baik. Masing-masing dari kami mengenang kehidupan ini sebagai sebuah anugerah kemurahan Tuhan atas lini masa hidup kami.
Diingat saja yang indah dan berkesan, kalau yang pahit jadikan pelajaran hidup kemudian lupakan, supaya hidup lebih ringan melangkah ke depan.

Hardy Fuchsia di Flower Dome
Menjelang sore hari, kami melanjutkan perjalanan menuju Gardens By The Bay. Gardens by The Bay terdiri dari dua tempat terkenal yaitu Flower Dome dan Cloud Forest. Flower Dome adalah sebuah kubah raksasa yang di dalamnya berisi aneka ragam tanaman bunga dari seluruh dunia. Tanaman ini hidup dan dilestarikan. Di sini adalah pusat memori keindahan aneka bunga yang bisa pembaca lihat dan sentuh. Bagi pembaca yang hobi tanaman bunga, ini adalah surga. Setiap musim atau period, Flower Dome memiliki tema tersendiri. Jika pembaca mengunjunginya di bulan Desember, maka pernak-pernik natal akan menghiasi seluruh penjuru. Pertama masuk gerbang FD, pembaca akan diajak menyusuri aneka tanaman bunga dari Asia, Afrika, Amerika Selatan, dan Eropa. Harum semerbak bisa tercium ketika melewati bunga tersebut.





Seumur-umur hanya mendengar orang bercerita, membaca buku dan koran, akhirnya aku menatap pohon ini di depan mata. Salah satu pohon saksi sejarah peradaban manusia. Pohon zaitun (Olive tree) adalah pohon spektakuler. Bagaimana tidak, dia bisa hidup hingga 1000 tahun, bahkan di daerah Mediterania ada yang menemukan pohon zaitun berusia 2000 tahun. Sejak dia ditanam membutuhkan waktu sampai 25 tahun supaya pohon zaitun bisa berproduksi (berbuah) secara maksimal.


Ada satu bunga yang masih aku ingat yaitu Hardy fuchsia, tanaman bunga dari Amerika Selatan. Keunikan bentuk bunganya mengingatkanku pada anting-anting pengantin suku Bugis dan Makasar. Bunga berwarna merah burgundy ini memiliki tiga kelopak mekar untuk memayungi kelopak lain yang saling berpelukan membentuk mangkuk. Di ujung mangkuk tersebut ada rangkaian benang sari yang memanjang seperti bunga sepatu. Bedanya bunga sepatu hanya memiliki satu benang sari, sedangkan Hardy fuchsia bisa memiliki 7 benang sari. Bentuk daunnya mirip sekali dengan daun bunga sepatu. Kecil dengan banyak gerigi di ujungnya. Namun, mereka berbeda family. Hardy fuchsia adalah family Onagraceae disebut sebagai keluarga bunga sedangkan Hibiscus rosa-sinensis (bunga sepatu) adalah family Malvaceae disebut sebagai keluarga kapas. Sudah sampai sini ya penjelasannya. Aku ngeri-ngeri sedap kalau menyerempet ke ilmu sains.

Tema Flower Dome di bulan Desember 2024 ini adalah rangkaian pohon natal dan kereta api dari Stockholm. Puluhan pohon cemara menghiasi. Mereka jago membuat miniatur dari sudut kota sehingga pembaca bisa berkhayal seolah berada di dalam gerbong kereta Stockholm. Temperatur suhu pun menyesuaikan, semakin malam semakin dingin. Lampu-lampu mulai menyala.
- Pejamkan mata dan berkelanalah pikiran menuju sebuah tempat yang ingin pembaca tuju. Kembangkan imajinasimu






Dari menatap kerlip lampu di Jalan HR Rasuna Said tahun 2002 sampai bisa menatap kerlip lampu pohon natal Flower Dome di tahun 2024 adalah salah satu keajaiban Tuhan dalam lini masaku. Magnificent!
Apa yang aku pikirkan, imajinasikan dan doakan menjadi kenyataan.
Melihat anakku penuh sukacita, aku merasakan damai. Terima kasih Tuhan Yesus. Lega sekali hutangku lunas.
Pembaca jangan lupa untuk mengunjungi Cloud Forest dan menikmati pertunjukan Supertree jam delapan malam waktu Singapura. Selain “tarian” lampu supertree yang sungguh megah, pembaca juga akan dibawa ke “alam lain” yang menyerap pembaca masuk dalam nebula yaitu sekelompok bintang di langit yang tampak seperti kabut.



3 Tank di Museum Nasional Singapura
Keesokan harinya kami bersiap untuk kelana selanjutnya. Sekedar saran, kalau mengunjungi suatu negara, luangkan waktu ke museum nasional negara tersebut. Pembaca bisa mengenal secara singkat bagaimana sejarah sebuah negara bisa berdiri dan menyatakan kemerdekaannya. Di Museum Nasional Singapura tersedia tur singkat yang terjadwal dan bebas biaya. Selesai mengikuti tur singkat, ada beberapa fakta yang ingin kubagikan kepada pembaca.
Ketika Jepang menguasai sebagian besar Asia Tenggara, dia memiliki 3 tank. Sedangkan sekutu, nol alias tidak memiliki tank (kendaraan tempur lapis baja yang bergerak menggunakan roda berbentuk rantai). Jumlah perkiraan tentara sekutu adalah 86.000 – 130.000 sedangkan tentara Jepang berjumlah 60.000. Namun jangan salah, di sinilah kekuatan Jepang. Dia memiliki pesawat tempur 459 ditambah pesawat dari kapal induknya berjumlah 159. Sedangkan pesawat tempur sekutu hanya berjumlah 167. Perlu diingat saat itu sedang berkecamuk perang dunia kedua di daratan Eropa. Sehingga perhatian sekutu terbagi dalam peperangan di benua Eropa dan Asia. Dalam waktu kurang dari tiga bulan sejak Jepang mendarat di Singapura pada tanggal 8 Desember tahun 1941, Singapura jatuh dalam penjajahan Jepang tanggal 15 Februari 1942.
Fakta selanjutnya, Bencoolen nama sebuah area yang berada di dekat pusat kota ternyata nama lain dari Bengkulu. Ketika Raffles pertama kali mendarat di Singapura tahun 1819 dia menjabat sebagai Letnan Gubernur Bengkulu (Bencoolen).
Fakta lainnya adalah di tahun 1924 ditandatangani perjanjian antara Inggris dan Belanda dimana terjadi tukar menukar wilayah. Salah satu pertukarannya adalah pabrik Inggris di Bencoolen (Fort Marlborough – Bengkulu) dan seluruh Pulau Sumatera menjadi milik Belanda, sedangkan Singapura dan Semenanjung Malaka menjadi milik Inggris. Kalau bahasa singkatnya pulau di selatan Singapura menjadi milik Belanda, sedangkan pulau di utara Singapura menjadi milik Inggris.
Sebenarnya ada banyak cerita yang aku dapatkan saat mengikuti tur singkat tersebut. Sayangnya penyampaian informasi dalam bahasa Inggris membuatku kesulitan menerjemahkannya. Ada satu cerita, disclamer ya kalau aku salah menerjemahkan, mohon pembaca memaafkan dulu hehe… Zaman Inggris berkuasa atas Singapura, para narapidana disuruh membuat batu bata. Semakin berat kejahatannya, semakin tebal batu bata yang harus dia buat. Nah beberapa bangunan dan jalan raya di Singapura adalah karya narapidana tersebut. Saat kita mengunjungi museum, kita diizinkan menyentuh batu bata itu. Memang lebih tebal dan lebar dari batu bata yang aku tahu di Indonesia.
Cerita selanjutnya adalah di tahun 1960an, saat itu Singapura memiliki banyak tenaga kerja namun minim keahlian. Pemerintah mengambil langkah untuk mengatasi pengangguran. Dengan membuat pabrik lilin dan pabrik obat nyamuk untuk menyerap ribuan tenaga kerja tersebut. Pembaca generasiku tentu masih ingat obat nyamuk berwarna hijau yang melingkar-lingkar berbentuk spiral dengan bau menyengat dengan tujuan mengusir nyamuk. Nah kedua pabrik inilah yang menyelamatkan ekonomi sehingga kedua benda bersejarah ini bisa ditemukan di Museum Nasional Singapura sebagai saksi sejarah perjalanan negara.

Terakhir adalah cerita penutup yang kalau kuingat malunya sampai sekarang. Aku orang yang terlalu bersemangat mengunjungi museum karena ada hal baru yang akan kupelajari. Saat memasuki museum, ada kerumunan pengunjung di sudut ruangan. Karena aku kepo, aku sendirian mendatangi kerumunan tersebut dan membaca pengumuman ada tur singkat jam 11. Pas sekali jamku menunjukkan pukul 10.58. Aku spontan teriak ke arah suami dan anakku yang berdiri agak jauh dari tempatku berdiri. FREE…… FREE….!!
Mereka berdua kaget dan malu. Suaraku terlalu keras saat bilang tur ini free. Pembaca jangan pernah melakukan hal ini ya, bersuara kencang saat berada di dalam museum bisa menganggu pengunjung lainnya. Seharusnya, aku mendatangi mereka dan berbisik: Yuk ikut tur. Tur ini gratis lo.





Leave a reply to Maria Santi Mawanti Cancel reply