Cerita Kehidupanku

Written by

·

Hari itu pesan masuk telepon genggamku… Mana tulisan barumu? Iya ya… Sudah sebulan belum ada tulisan baru.

Kemudian, aku teringat sebuah tweet dari Budiman S yang menginspirasi tulisanku kali ini.

… Tp jika nama leluhurmu tak tercatat, kau buat sejarah dgn namamu sendiri. (tweet tanggal 17 November 2020)

Siapa kamu? Sampai perlu mencatatkan namamu dalam bentuk buku?

Aku adalah perempuan sederhana. Aku kebanyakan ibu di Indonesia. Aku adalah mereka yang ke pasar untuk membeli kebutuhan memasak, mencuci baju, setrika, menyapu dan mengepel rumah sendiri. Yang mempersiapkan baju suami saat akan berangkat berkarya. Yang mengecek anaknya apakah dia sedang belajar atau nonton youtube ketika sekolah online di situasi pandemi Covid. Aku juga seorang ibu yang mengelola anggaran rumah tangga supaya setiap bulan klop sesuai posnya. Secara fisik? Aku adalah sama dengan kebanyakan perempuan asli dari Yogyakarta. Yuk, ke pasar denganku di Yogya, kupastikan pembaca akan bingung menemukanku karena semua mirip denganku. Hehe…

Pertanyaannya sekarang adalah apakah perempuan sederhana perlu mencatatkan sejarah di dunia maya? Atau haruskah memiliki persyaratan khusus untuk disebut sebagai perlu? Misalnya, apakah seseorang itu perlu memiliki intelektual dengan sederet piala atau penghargaan? Seorang lulusan unversitas ternama dunia dengan predikat cumlaude? Atau seseorang itu perlu berprofesi sebagai pemimpin pemerintahan, anggota partai, ilmuwan, pengusaha, atau artis? Rasanya sih tidak perlu.

Kadang aku menemukan seseorang menulis perjalanan hidupnya lebih fokus pada perbedaan secara materi. Seperti: Dulu saya orang susah sekarang saya berkelimpahan materi.

Tidak ada yang salah dengan tulisan itu. Semua orang bebas menulis cerita kehidupannya. Hanya saja pemikiranku begini:  

Orang akan lebih menghargai cerita kehidupan mengenai perubahan perilaku dalam perjalanan spiritualnya, bagaimana cara pengendalian emosi dan hubungan antar sesama manusia. 

Itulah mengapa aku perlu mencatatkan namaku. Supaya proses perjalanan hidup perempuan sederhana bisa dibaca secara terbuka oleh siapa saja. Semoga ceritaku kali ini bisa memberi inspirasi kepada pembaca untuk tidak ragu mengambil bagian dari sejarah.

Aku share beberapa tulisan cerita perjalanan kehidupanku supaya pembaca mudah mengaksesnya.

https://mariasantimawanti.com/2015/11/13/aku-dan-rutinitasku/  Ceritaku mengenai kegiatanku setelah keluar kerja kantoran menjadi ibu rumah tangga.

https://mariasantimawanti.com/2015/07/27/belajar-sabar/  Ceritaku tentang salah satu peristiwa saat anakku di bangku taman kanak-kanak.

https://mariasantimawanti.com/2019/03/12/pelajaran-berharga-di-kelas-2d-angkatan-2018/  Ceritaku tentang perubahan perasaan dari gondok menjadi bangga.

https://mariasantimawanti.com/2016/09/15/aku-dan-media-sosial/ Ceritaku tentang sikapku pada media sosial.

https://mariasantimawanti.com/2017/10/24/investasi-memori-itu-bernama-traveling/ Ceritaku tentang cara menabung untuk tetap jalan-jalan meskipun berprofesi Ibu rumah tangga

Mari pembaca, berjalanlah bersama ceritaku.

Leave a comment